Salah
satu kriteria pemimpin cabang yang diterapkan pihak BCA adalah
integritas dan berjiwa memimpin. Masa jabatan seorang kepala cabang di
BCA tidak lebih dari lima tahun. Apriyani Kurniasih
Persaingan
antarcabang bank makin dinamis saja. Mahalnya ekspansi dengan membuka
cabang baru tidak terlalu menjadi kendala bagi bank-bank.
Yang terpenting, berapa besar potensi profit yang bisa diraup dengan membuka cabang tersebut.
Berbicara
mengenai kantor cabang (branch), perhatian kita barangkali akan tertuju
kepada Bank Central Asia (BCA). Bank ini dikenal memiliki cabang yang
sangat banyak.
BCA mengutamakan layanan dengan dukungan penuh
dari sistem teknologi informasi. Kecepatan, kelengkapan, dan kemudahan
layanan BCA di mata nasabahnya belum tertandingi bank-bank lain.
Banyak
pebisnis yang memilih BCA untuk melakukan transaksi keuangan.
Alasannya, partner, konsumen, ataupun supplier-nya kebanyakan juga
melakukan transaksi dengan BCA.
Namun, kalau dicermati, meski
cabangnya sangat banyak, antrean nasabah yang akan melakukan transaksi
masih kerap kita lihat di BCA, baik di automatic teller machine (ATM)
maupun di kantor cabangnya. Karena itu, BCA pun kerap dipelesetkan orang
dengan “Bank Capek Antre”.
Lalu, bagaimana strategi BCA dalam
mengelola cabangnya? Menurut Erwan Yuris, Pemimpin Kantor Wilayah
(Kanwil) XII BCA, yang membawahkan 116 kantor cabang BCA, dalam
mengelola cabang, dirinya fokus pada bagaimana bisa memenuhi tuntutan
nasabah.
Caranya, BCA tidak mengandalkan produk semata, tetapi
lebih pada bagaimana memahami kebutuhan nasabah untuk mencapai kepuasan
yang optimal.
Di sisi lain, sumber daya manusia (SDM) yang
ditempatkan di kantor cabang dituntut tidak hanya membuat nasabah loyal,
tetapi juga mampu menambah database nasabah baru yang potensial.
Jika garda terdepan sebuah bank adalah pasukan front office, maka garda terdepan kantor bank adalah kantor cabang.
Erwan
mengatakan, kriteria utama yang dipakai pihak BCA dalam memilih SDM
untuk kantor cabangnya adalah SDM tersebut harus memiliki kompetensi
yang sesuai dengan jabatan yang diperlukan, baik hard skill maupun soft
skill.
Kriteria lain yang tak kalah penting adalah orientasi
terhadap prestasi, kemampuan dalam melakukan improvement, dan kemampuan
menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan yang terjadi.
Sementara,
dalam mencetak kualitas untuk pemimpin, baik kepala bagian maupun
pemimpin cabang, umumnya dilakukan secara berjenjang.
Seorang
kepala marketing, misalnya, bisa dipersiapkan menjadi kepala cabang dan
seorang kepala cabang bisa dipersiapkan menjadi kepala wilayah, dan
seterusnya.
“Karenanya, sebagian besar pemimpin cabang di BCA
itu diambil dari internal dan 100% dididik dari bawah,” ujar Subur Tan,
Direktur SDM BCA.
Kriteria utama seorang pemimpin cabang di BCA
haruslah menguasai berbagai bidang perbankan, memahami operasional bank,
memiliki jiwa kepemimpinan, dan yang utama adalah memiliki integritas.
Pemimpin cabang di BCA biasanya memiliki masa tugas antara tiga dan lima tahun.
Seperti
dijelaskan Subur Tan, kalau dalam satu tahun, enam bulannya biasanya
merupakan masa orientasi sehingga belum bisa mengembangkan cabang.
“Sementara,
lebih dari lima tahun, kami anggap perlu ada penyegaran, semacam
refreshing, sekaligus juga sebagai kontrol bahwa setiap orang tidak
boleh terlalu lama di satu cabang,” Subur Tan menambahkan.
Bagaimana
BCA menyikapi rentannya pembajakan SDM di perbankan? Subur Tan
menganggap biasa fenomena ini. Menurut dia, hal itu disebabkan kesiapan
tenaga terampil tidak sebanding dengan suplai yang ada.
Untuk
menyiasati hal tersebut, BCA pun menjalankan strategi dengan
terus-menerus melakukan rekrutmen yang akan masuk dalam BCA Developing
Program.
“Setiap tahunnya kami meluluskan sekitar 60 orang. Itulah mengapa kami tidak pernah merekrut dari bank lain,” katanya.
Hal
lain yang dilakukan bank ini adalah menjaga loyalitas karyawan. BCA
cukup berhasil menjaga loyalitas nasabahnya. Hal itu terlihat dari
rendahnya round over karyawan yang hanya sekitar 2%-3%.
Pihak
manajemen bank yang dikomandani D.E. Setijoso ini menyadari betul bahwa
karyawan tidak semata-mata mencari gaji atau uang, tapi juga kerja sama
dan kenyamanan suasana di perusahaan.
Sumber : http://www.infobanknews.com
Bisa untuk lulusan SMA Pa Agus, hanya menjadi front liner setau saya, tapi blm bisa menjadi pegawai tetap, harus kuliah lg
BalasHapus